Korban Tragedi Arema di Kanjuruhan, Suami Istri Tewas Tinggalkan Anak Jadi Yatim Piatu .
Malang - Tragedi Arema di Kanjuruhan menyebabkan seorang anak bernama Muhammad Alfiansyah yang masih berusia 11 tahun menjadi yatim piatu.
Kedua orangtua Muhammad Alfiansyah meninggal dunia dalam tragedi Arema di Kanjuruhan saat kericuhan usai pertandingan bola antara Arema FC vs Persebaya Surabaya berlangsung di stadion Kanjuruhan Malang.
Pasangan suami istri yang meninggal dunia dalam tragedi Arema di Kanjuruhan Malang adalah Muhammad Yulianton (40) dan Devi Ratnasari (30).
Pasangan suami istri (pasutri) asal Kota Malang, meninggal dunia usai menjadi korban kericuhan laga Arema FC vs Persebaya yang digelar di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Diketahui, pasutri yang menjadi korban itu bernama Muhammad Yulianton (40) dan Devi Ratnasari (30).
Pasutri tersebut merupakan warga Jalan Bareng Raya 2G RT 14 RW 8 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang.
Diketahui juga, pasutri itu menonton pertandingan tersebut bersama sang anak yang bernama Muhammad Alfiansyah yang masih berusia 11 tahun.
Salah satu saudara korban, Doni (43) menjelaskan secara detail kejadian tersebut.
"Jadi di RT 14 ini, ada sebanyak 20 orang warganya menonton langsung pertandingan di stadion. Kami menonton di Tribun 14," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, Minggu (2/10/2022).
Setelah pertandingan itu berakhir, sekitar pukul 22.00 WIB, kondisi di dalam stadion mendadak ricuh. Pada awalnya, kericuhan terjadi di tengah lapangan.
Tak lama kemudian, kericuhan itu mengarah ke bagian tribun penonton.
"Saat itu, petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah Tribun 12. Namun karena angin, asap dari gas air mata itu mengarah ke Tribun 14. Asap itu membuat perih mata, dan para penonton yang ada di Tribun 14 langsung berhamburan turun untuk segera keluar stadion," jelasnya.
Doni pun langsung menggendong anaknya dan segera mengikuti para suporter yang lain untuk keluar stadion.
"Setelah itu, saya berhenti sebentar di bagian pintu keluar stadion. Tiba-tiba, Muhammad Alfiansyah ini datang menghampiri saya. Saya langsung tanya, kemana kedua orang tuamu kok enggak ada. Anak itu menjawab, kalau kedua orang tuanya masih di dalam stadion," bebernya.
Tak lama setelah itu, Doni melihat keberadaan kedua korban telah ditolong oleh orang lain.
Kemudian, korban dipinggirkan keluar stadion dan dibawa ke RS Teja Husada, Kabupaten Malang.
Doni menduga, kedua korban meninggal dunia karena terinjak-injak dengan suporter lainnya yang hendak keluar dari stadion.
Sedangkan anak korban, dapat selamat setelah meminta pertolongan ke polisi.
"Kemungkinan, saudara saya jatuh dari tangga tribun lalu terinjak-injak suporter lainnya. Saat saya lihat, bagian muka jenazah sudah pucat membiru. Kalau anaknya, minta bantuan ke polisi yang sedang jaga di dalam stadion terus selamat," ungkapnya.
Dirinya menerangkan, almarhum Devi baru pertama kali menyaksikan pertandingan di Stadion Kanjuruhan. Sedangkan almarhum Yulianton, sudah sering menonton sebelumnya.
"Kedua jenazah sampai rumah duka sekitar Subuh. Rencananya, akan segera dimakamkan di TPU Mergan sekitar pukul 09.00 WIB ini," tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji bersama beberapa kepala OPD lainnya telah datang melayat ke rumah duka.
Polisi tembakkan gas air mata
Aksi polisi menembakkan gas air mata setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya jadi sorotan. Dalam tragedi Arema di Kanjuruhan, sebanyak 127 orang meninggal dunia.
Polisi juga menyebut, 180 korban dalam tragedi Arema di Kanjuruhan kini masih dalam perawatan medis akibat luka-luka.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta mengungkapkan alasan polisi menembakkan gas air mata saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Irjen Pol Nico Afinta mengatakan polisi sebenarnya telah memberikan imbauan kepada suporter agar tidak turun ke lapangan usai laga berakhir.
"Sebelumnya didahului oleh imbauan terlebih dahulu kepada suporter. Jadi tolong dipahami rekan-rekan. Sudah dihalau oleh aparat kami untuk tidak usah turun ke lapangan," kata Irjen Pol Nico Afinta saat memberikan keterangan di Polres Malang, Minggu (2/10/2022) dini hari.
Nico Afinta menambahkan, imbauan petugas tidak diindahkan oleh kelompok suporter.
Hingga akhirnya suporter tumpah ruah ke dalam lapangan mengejar pemain Arema FC yang hendak berjalan menuju ruang ganti.
Menurut Nico Afinta, suporter begitu kecewa dengan penampilan Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
"Beberapa imbauan itu tidak dituruti kemudian dilakukan pemukulan terhadap petugas kepolisian. Upaya-upaya pencegahan dilakukan hingga akhirnya dilakukan pelepasan gas air mata. Karena sudah tragis dan sudah mulai menyerang petugas dan merusak mobil," jelas Irjen Pol Nico Afinta.
Irjen Pol Nico Afinta menyesalkan peristiwa maut ini terjadi dalam sepak bola Indonesia.
"Selama ini komunikasi dengan suporter Arema juga baik. Kami juga sedang mendalami kenapa suporter yang tidak puas ini begitu beringasnya," terangnya.
Dia berharap tragedi Arema vs Persebaya tidak lagi terjadi.
"Jadi mari kami selesaikan terlebih dahulu. Kita koordinasi untuk segera dapat menyelesaikan masalah ini," tutupnya.
Insiden kerusuhan bermula saat Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya 2-3.
Seusai pertandingan, ribuan Aremania mendesak masuk ke lapangan Stadion Kanjuruhan Malang.
Melihat ribuan suporter masuk ke lapangan, pihak keamanan dari Polri dan TNI langsung melakukan pengamanan.
Kejadian berlanjut dengan aksi lempar-lemparan antara suporter dengan petugas keamanan. Lantaran kalah jumlah personel dan suporter tak dapat dikendalikan, petugas keamanan akhirnya mengeluarkan gas air mata.
Ada juga gas air mata yang mengarah ke tribun sehingga membuat suporter berusaha menyelamatkan diri.
Lantaran berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri, banyak suporter, baik pria maupun wanita yang jatuh dan terinjak.
Banyak juga yang mengalami sesak napas hingga akhirnya jatuh dan tak sadarkan diri.
Akibat kerusuhan tersebut, tercatat sebanyak 127 orang tewas.
Para korban tewas terdiri dari suporter Arema FC dan anggota polisi.
"Telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," tegas Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta kepada wartawan, Minggu (2/10/2022) di Polres Malang.
Menurut Nico, dari 127 korban tewas, yang meninggal di dalam stadion ada 34 orang. Sementara korban yang lain meninggal di rumah sakit pada saat mendapat proses pertolongan dari petugas.
Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Korban Tragedi Arema di Kanjuruhan, Suami Istri Tewas Tinggalkan Anak Jadi Yatim Piatu,
Belum ada Komentar untuk "Korban Tragedi Arema di Kanjuruhan, Suami Istri Tewas Tinggalkan Anak Jadi Yatim Piatu ."
Posting Komentar